24 Des 2009

AKHWAT “HATI-HATI” KALAU JALAN SENDIRIAN

     Subuh itu dia baru saja jadi pemateri kultum dikontrakan. Sehabis piket masak dengan riang seperti biasa dia bergegas untuk mengikuti kuliah dikampus. Selang beberapa menit setelah mengucapkan salam, ada suara sesenggukan membuka pintu depan. Bingung tak pernah ada yang menangis sehebat ini, pasti ada sesuatu pikirku. Setelah didiamkan sebentar dia mau cerita. “saya malu mbak, tadi dijalan saya diludahi orang, kaget jilbab hampir saya lepas tapi untung masih sadar kalau sedang dijalan”. Prang!!! Langsung aku ingat kejadian beberapa hari yang lalu. Ada akhwat yang pagi-pagi mau berangkat halaqoh dilempari orang pake kotoran, akhirnya dari jilbab sampai kaos kaki kena cairan kuning itu. Dipikir-pikir gak ada kerjaan coba naruh kotoran dalam botol!!!. 
     Kalau cerita akhwat satunya, dia jalan tapi ada orang naik motor mepet kearah dia, kirain mau lihat genangan air eh malah meludah buanyak ke jilbab. Yup, teman-teman husnudzun orangnya gak tau atau gak sengaja meludah. Tapi saya pikir setelah mendengar cerita, ada unsur kesengajaan, pasalnya udah meludahnya dekat, motornya dibawa kencang lagi, kalau orangnya ksatria alias gak pengecut pasti turun dari motor dan minta maaf. Ini malah ditinggal ngebut! O yah orangnya pake kopiah putih katanya, Weleh welehhh...
      Dulu yang lebih ekstrim, ceritanya mbak-mabak terdahulu, ada juga yang ketika jalan inggangnya dicolek, ditepuk bahunya. Astaghfirullah...benar-benar gak ada kerjaan!!! Dan yang miris, sasarannya itu loh, teman-teman yang pake jilbab lebar.
      Ini di Indonesia, gimana kondisi akhwat yang dipalestina, Afganistan, atau negara-negara lainnya, yang tentunya mendapat perlakuan lebih ekstrim. Hmm...ukhti fillah apa yang kita alami masih belum seberapa dibanding mereka. Semoga Allah senantiasa menguatkan dan melindungi kita semua. Amin
      O yah untuk jaga-jaga silahkan teman-teman muslimah yang ada di malang gabung dengan kita di KAMUSLINE (karate muslimah on line) INKAI Brawijaya, dilatih oleh senpai berpengalaman, beliau karateka puteri sabuk hitam dan 2 loh. So, ikhtiar kalau ada apa-apa dan kita sendirian, LAWAN!!! Bukankah Allah lebih mencintai mukmin yang kuat daripada mukmin yang lemah ^_^.
GABUNG KAMUSLINE YUKS..
Cat : akhwat hati-hati kalau jalan sendirian, dari cerita yang ada mereka beraksi kebanyakan pagi dan maghrib menjelang isya.

22 Des 2009

tentang ibunda


Terima kasih bunda, semoga Allah senantiasa merahmati.

12 Jun 2009

Membela Diri Secara Bijak


Membela diri merupakan sesuatu yang manusiawi, dalam kondisi tertekan, merasa terpojok dan disudutkan, merasa keberadaannya terancam dan merasa tidak dipandang sebelah mata, dalam kondisi tersebut seseorang akan tergugah mempertahankan diri dengan melakukan pembelaan demi menunjukkan bahwa dirinya tidak seperti yang diduga, hanya saja terkadang seseorang cenderung membela diri dengan menyerang balik, ini kurang bijak, akan lebih bijak dalam membela diri dengan menetapkan bahwa apa yang dia dicela karenanya bukanlah merupakan kekurangan, justru itulah kelebihan lebih-lebih jika hal tersebut disandarkan kepada argumentasi riil yang membuat orang menganggukkan kepala. Inilah yang dilakukan orang orang-orang berikut:

Seorang Arab Badui bernama Na’amah (artinya burung unta). Dia dicela karena namanya yang buruk. Orang-orang berkata, “Apa nama Na’amah?” Dengan bijak si Badui berkata,
“Nama hanyalah tanda, kalau nama adalah kehormatan niscaya semua orang bernama sama.”

Hal yang mirip terjadi pada suatu suku Arab yang bernama Anfu Naqah (artinya hidung unta betina), orang-orang mencibir, “Apa nama Anfu Naqah?” maka hadirlah al-Huthai’ah Jarwal bin Aus, seorang penyair berlisan pedas, Umar bin Khattab pernah memenjarakannya karena hinaannya yang pedas kepada masyarakat, wafat tahun 30 H, al-Huthai’ah hadir membela, dia berkata,

Suatu kaum, mereka adalah anfu (hidung) sementara selain mereka adalah ekor
Siapa yang berani menyamakan ekor dengan anfu (hidung)naqah?

Lihatlah bagaimana al-Mughirah bin Habna, penyair Islam dari Bani Tamim, yang gugur syahid di Khurasan tetap percaya diri dengan penyakit sopaknya, dia tidak menganggapnya sebagai aib dan dia membuktikan dengan alasan yang riil. Katanya.

Jangan mengira warna putih padaku sebagai kekurangan
Sesungguhnya kuda-kuda pacuan perutnya berwarna putih

Atau ketika seseorang direndahkan karena penampilannya yang ala kadarnya, dengan baju compang-camping, seorang penyair dengan kondisi seperti ini membela diri. Dia berkata,

Kalaupun pakaianku compang-camping karena usang
Maka aku ibarat pedang tajam dalam sarungnya yang terkoyak

Atau ketika seseorang dicela karena ketakutannya terhadap sesuatu dia pun membela diri bahwa ketakutannya beralasan, dia mendukung alasannya dengan sesuatu yang kongrit. Ini Ibnu Rumi, Abul Hasan Ali bin al-Abbas, seorang penyair ulung dari Baghdad wafat tahun 283 H, mengungkapkan alasan ketakutannya naik perahu, dia berkata,

Aku tidak naik perahu, aku takut
Diriku tenggelam karenanya

Aku adalah tanah sedangkan laut adalah air
Dan tanah di dalam air mencair

Seseorang pun bisa membela diri manakala orang-orang bodoh dan rendahan meraih kedudukan yang mungkin lebih tinggi darinya di mata manusia. Ath-Thughrai, misalnya dia adalah Abu Ismail, al-Husain bin Ali, penyair penulis, perdana menteri raja-raja Turki saljuk, terkenal dengan bait-bait syair yang disebut dengan Lamiyah al-Ajam, terbunuh tahun 514 H, ath-Thughrai ini berkata,


Jika orang di bawahku berada di atasku maka tidak heran
Karena teladanku adalah matahari yang lebih rendah daripada bintang

Hal mirip dilakukan sebelumnya oleh Muslim bin al-Walid, salah seorang penyair besar Daulah Abbasiyah, wafat tahun 208 H, dia berkata,


Jika mereka duduk di atasku tanpa keahlian
Ketinggian martabat dan kemuliaan tempat

Maka asap di atas api dan terkadang
Debu beterbangan di atas surban prajurit berkuda


kebun hikmah, sumber :http://www.alsofwah.or.id/


** Sudah seberapa bijak-kah diri kita ????

26 Mei 2009

Lanjutkan perjalanan


Jangan pernah lelah menapak jejak, kawan....

21 Mei 2009

celoteh disela-sela tugas akhir (tak jelas)

Kapan ya naik gunung lagi????kangen!!!puihhhhh...tugas akhir yang menyita banyak waktu, pikiran, dan tenaga, hehe. Tapi...itulah seni dari sebuah perjuangan ^_^. Yahhh lihat sisi positifnya saja. Perjalananku ke Arjuna-welirang bersama rombongan isna dan kawan2 gapala tak jadi (hmm .....tak akan kuungkapkan disini, kalau ingat ini melankolisModeOn*) banyak hal membuatku tak jadi ikut rombongan, terkait yahhh sebuah pilihan antara ego-ku dan komitmen dalam jama’ah (jama’ah???hehe...) panderman

taman eidelwies welirang lost in wilis panderman "girlz traveller"

Yeah disela-sela menggarap tugas akhir, berhenti sejenak membuka sejarah perjalanan. Panderman-welirang-wilis-panderman lagi ^_^. Banyak warna “mejikuhibiniu”.

Masih banyak tempat-tempat yang ingin ku kunjungi. Smoga Allah memberi kesempatan itu. amin

3 Mei 2009

Bidadari Di bukit panderman

Panderman (2000 mdpl) diserbu para bidadari, begitu kira-kira bahasanya. Terinspirasi karena dalam pendakian terdahulu sering menjadi bidadari disarang penyamun (tp penyamun baik hati yang mau direpotin ma qt2 hehe...). Siapa tahu ada teman2 cewek yang juga suka naek gunung.

Saya dan isna mencoba mengajak teman-teman cewek yang semuanya belum pernah daki, sekalian mengobati kerinduan akan alam terbuka .

Perjalanan ini berawal tanggal 8-9 Maret. Beranggotakan 10 bidadari dan 4 penyamun disarang bidadari. Club cewek aq, isna (ni leader qt, saudariku seperjuangan nan smangadh slalu. Tep kompak ya ukhty....:)), linda, Lis , Ulfa, Yani, Titik, Ulif, Icha, dan Ana. Dari klub cowok mirza, mukmin, iqbal, dan ari. Ada 2 kubu yang janjian ketemu di terminal Landungsari. Kubu pertama dari Isna 10 orang (anak2 UB), sedangkan dari UIN ada 4 orang termasuk saya.

Jam 10.05 berangkat dari “Hirzia Apartemen” naik angkot GML, nyampe landungsari jam 10.30. Ternyata kedatangan kita bersamaan dengan teman2 dari Brawijaya. Dari Landungsari ke Seruk kita nyarter angkot. Jam 11.15 nyampe seruk, karena waktunya mepet zuhur waktu yang ada digunakan untuk siap-siap sholat di musholla Sunan Drajat.

Pos pendakian merupakan start kita dalam pendakian yang sebenarnya karena sebelumnya kita nyarter angkot. Perjalanan yang diawali dua orang ikhwan sebagai penunjuk jalan dan dua orang lainnya menjaga shaf belakang (sapa tawu ada yang ilang haha berabe). Menuju puncak satu teman-teman terlihat mulai kelelahan, sampai ada yang terucap kalau itu pendakian pertama dan mungkin terakhir kalinya, yang pasti sudah ada yang tukeran ransel. Padahal pada awalnya saya kaget dengan speed-nya teman2, dengan keriel berisi 2 tenda (dome 2 orang & tenda pramuka isi 6 orang) ditambah matras, sleeping bag, kompor, 2 tabung gas, dll membuat saya harus tertinggal dari rombongan. Namun alhamdulillah ketika sampai puncak satu, teman-teman terlihat segar lagi, sudah bisa tersenyum kebali (senangnya...^_^).

Istirahat sambil menikmati indahnya berada di ketinggian, sungguh menyenangkan, setelah bernarsis ria (layaknya ibu-ibu arisan) kita lanjutkan perjalanan. O ya di puncak satu ini kita bertemu dengan adek remaja pendaki solo, wuih berani banget dia. Nge-camp sendiri dipuncak 1 (saya mah gak mau!).

Perjalanan dilanjutkan, kali ini dengan semangat baru (yeah ternyata berhenti sejenak itu perlu banget untuk me-refresh kembali diri kita, sejenak saja...). Kondisi sudah kembali fit, pendakian semakin seru dengan tanjakan yang semakin menjadi! (smangadhhhh!!!!) sampai akhirnya jam 16.38 WIB kita sampai dipuncak! Sungguh, sebuah kepuasan tersendiri menyaksikan wajah-wajah cerah setelah perjuangan yang melelahkan, menguras energi dan emosi. Subhanallah, segera kucari tempat untuk sejenak merapatkan kepala ini ke tanah-Nya, mensyukuri setiap nikmat yang di berikan-Nya. Rabbi, hamba kembali lagi kesini dengan izin-Mu.

Aktifitas terus berlanjut dengan pemasangan tenda dan masak-masak buat menunaikan hak perut, menu andalan adalah mie instant dan mecoba masak nasi. Kali ini kita perlu berterima kasih dengan teman-teman cowok yang memasakkan buat kita (maklum mbak-mbak sibuk dirikan tenda hehe...), lucu juga ketika kita keluarkan sayur “wah baru kali ini, bisa bikin pangsit dipuncak panderman!!”. Begitulah kalau ibu-ibu yang naek gunung.

Malam tiba, sholat menjadi agenda berharga, sangat berharga. Subhanallah, pernah merasa sholat di alam terbuka? Diketinggian pula, ketika raga ini kembali pada alam menyuarakan keagungan Ilahi, entahlah sesuatu yang tak dapat di ungkapkan kurasa. Allahu Akbar!

Selesai sholat kita coba ramah tamah, cerita-cerita, mengakrabkan diri. Menikmati lampu-lampu kota. Ah indahnya kebersamaan indahnya ukhuwah. Malam semakin larut, raga pun mulai meminta haknya, istirahat sejenak. Dengan pemabagian 3 orang tidur di dome, dan 7 orang tidur di tenda pramuka. Angin sangat kencang malam itu, dinginpun tak segan menyapa. Semua lelap dalam mimpi masing-masing...

************

03.00

Gelap, dalam dekapan dingin.

Seorang hamba mencoba bangun ditengah keterbatasan

Merasakan syahdunya munajat

Begitu dekat

Selaksa damai yang tak mampu terucap

Gemetar, terisak!!!

Ada vibrasi yang tak mampu terbendung


Masa itu,

Simpuh masih satu

Lirih terlantun mesra surat-surat cinta-Nya

Jiwa-pun kembali terisak,

Kita sangat kecil kawan!

Lantas apa yang akan di sombongkan???


Dan semesta-pun terus berdzikir


************

Menjelang subuh,

Menikmati hamparan langit penuh bintang, banyak yang melihat bintang jatuh lho ^_^ (pada keluar tenda ceritanya) saya pun larut dengan keindahan itu, hmm...dingin bangett! Akhirnya saya ama titik merebus air buat minuman hangat, sebagian ada yang bikin pop mie. Asyik banget dah! Eh ternyata kita sayup-sayup dengar adzan lho...kegiatan pun berlanjut dengan sholat subuh berjama’ah, kali ini ulif yang jadi imam.

Selesai sholat masing-masing ambil posisi menanti mentari “sunrise” wuihhhh, subhanallah....!!! mentaripun tersenyum dengan hangatnya. Narsis-pun kembali mencuat kepermukaan ^_^ photo-photo. Mungkin karena keseringan photo, kita sampai capek kehabisan gaya hehe, acara dilanjutkan dengan sarapan seadanya (ada banyak kok).

Senin, 10 Maret

08.10 WIB

Bersiap turun kembali ke peradaban masing-masing, cerah banget hari itu secerah wajah teman-teman. Sambil berdendang kita turun setapak demi setapak, diperjalanan bernostalgia pada tempat pertama ndaki dulu, di tempat itu saya, isna, dan hanim berphoto bertiga menghadap Arjuno-welirang. Istirahat sebentar. Setelah teman-teman kumpul perjalanan pun dilanjutkan. Jam 09.09 WIB kita sampai Puncak 2, dan puncak 1 pada jam 9.37 WIB. Yeah namanya juga pecinta alam, jadi pulangnya sambil ngambil sampah-sampah, dan ternyata dapat banyak lho 2 kresekan lebih. Wuihhh...kasian Panderman.

Setelah sejenak berdesakan di bus , jam 12.39 WIB kita sampai terminal Landung sari. Dari sini rombongan terbagi dua sesuai kampus masing-masing. Yeah, terima kasih kawan-kawan, perjalanan ini akan selalu menjadi memori keren di antara lembar sejarah kehidupan kita. Jangan pernah lelah menapak jejak. Oshinabu..!!!










Akhirnya,

Usaha memahami alam bukanlah usaha yang bermakna kecuali jika hal itu membantu kita memahami sang pencipta Maha bijak alam ini dan membantu kita mendekatkan diri pada-Nya....*






..* Dalam catatan Teori medan EM I agus purwanto



30 Apr 2009

sketsa rasa

Lari,

membawa rasa dalam belaian subuh,

melarikannya kencang bersama sergapan dingin

dan indahnya gelap menjelang datangnya mentari.

Menapak jejak

langkah demi langkah,

lelahkah?

Itu pasti!

Namun yang kutahu adalah bahwa aku harus terus berlari,

dengan segenap kekuatan.

Karena kutahu, inilah kesempatan


Biarkan,

jika raga ini tlah lelah,

biarkan raga merasa



karena kaki ini akan terus berlari.......