22 Apr 2010

tapak 17

-->
Suatu hari dalam diam, disebuah perjalanan
memandang jernih suasana
Dalam derap hening, melangkahkan tapak pun rasa
Dalam gumam, terbesit kata
Sudah lama tak melangkahkan kaki diantara hamparan hijau dan birunya cakrawala
Menikmati hening perjalanan, ditemani riuh suara jangkrik dan serangga hutan

Hari ini, telah kembali menapak jejak
Berjalan dan terus berjalan..
Menikmati sensasi alam
Tak peduli pekatnya hutan, dan mendung yang tiba-tiba mengancam

Sebuah suara mengusik hening
Ayo lari kawan..

Langkahpun semakin menjadi
Langit kembali menangis
Dan perjalanan masih jauh...

dalam perjalanan menuruni lereng bukit buring, 17 april 2010
(Allah tahu aq suka jalan :) )

29 Mar 2010

no subject

Terlalu gegabah jika harus membawa rasa
Tak sadar kadang, bahwa gelagat menyisa makna
Sudahlah, lapangkan dada
Berharap kebaikan setiap saat ‘ada’

29 Jan 2010

“DISPERSI MIMPI”

   Siapa tak yang suka pelangi? Pendaran warna-warni nan menakjubkan. Dan seperti itulah setiap harap yang kerap terucap, pun dalam sudut yang sulit tertangkap.
   Pernahkah terpikir? Alangkah indahnya memiliki sebuah mimpi, hanya sebuah. Tapi kemudian sebuah mimpi itu terurai dalam pendaran warna-warni, ada spektrum cahaya yang membuatnya terurai menjadi warna yang berbeda, ada energi yang membuatnya bertahan dalam eksotisme spektrum warna. Dan dengan pendaran itulah yang menyebabkan seseorang tersadar, bahwa dia hanya punya satu tujuan....

aku menyebutnya “dispersi mimpi

24 Des 2009

AKHWAT “HATI-HATI” KALAU JALAN SENDIRIAN

     Subuh itu dia baru saja jadi pemateri kultum dikontrakan. Sehabis piket masak dengan riang seperti biasa dia bergegas untuk mengikuti kuliah dikampus. Selang beberapa menit setelah mengucapkan salam, ada suara sesenggukan membuka pintu depan. Bingung tak pernah ada yang menangis sehebat ini, pasti ada sesuatu pikirku. Setelah didiamkan sebentar dia mau cerita. “saya malu mbak, tadi dijalan saya diludahi orang, kaget jilbab hampir saya lepas tapi untung masih sadar kalau sedang dijalan”. Prang!!! Langsung aku ingat kejadian beberapa hari yang lalu. Ada akhwat yang pagi-pagi mau berangkat halaqoh dilempari orang pake kotoran, akhirnya dari jilbab sampai kaos kaki kena cairan kuning itu. Dipikir-pikir gak ada kerjaan coba naruh kotoran dalam botol!!!. 
     Kalau cerita akhwat satunya, dia jalan tapi ada orang naik motor mepet kearah dia, kirain mau lihat genangan air eh malah meludah buanyak ke jilbab. Yup, teman-teman husnudzun orangnya gak tau atau gak sengaja meludah. Tapi saya pikir setelah mendengar cerita, ada unsur kesengajaan, pasalnya udah meludahnya dekat, motornya dibawa kencang lagi, kalau orangnya ksatria alias gak pengecut pasti turun dari motor dan minta maaf. Ini malah ditinggal ngebut! O yah orangnya pake kopiah putih katanya, Weleh welehhh...
      Dulu yang lebih ekstrim, ceritanya mbak-mabak terdahulu, ada juga yang ketika jalan inggangnya dicolek, ditepuk bahunya. Astaghfirullah...benar-benar gak ada kerjaan!!! Dan yang miris, sasarannya itu loh, teman-teman yang pake jilbab lebar.
      Ini di Indonesia, gimana kondisi akhwat yang dipalestina, Afganistan, atau negara-negara lainnya, yang tentunya mendapat perlakuan lebih ekstrim. Hmm...ukhti fillah apa yang kita alami masih belum seberapa dibanding mereka. Semoga Allah senantiasa menguatkan dan melindungi kita semua. Amin
      O yah untuk jaga-jaga silahkan teman-teman muslimah yang ada di malang gabung dengan kita di KAMUSLINE (karate muslimah on line) INKAI Brawijaya, dilatih oleh senpai berpengalaman, beliau karateka puteri sabuk hitam dan 2 loh. So, ikhtiar kalau ada apa-apa dan kita sendirian, LAWAN!!! Bukankah Allah lebih mencintai mukmin yang kuat daripada mukmin yang lemah ^_^.
GABUNG KAMUSLINE YUKS..
Cat : akhwat hati-hati kalau jalan sendirian, dari cerita yang ada mereka beraksi kebanyakan pagi dan maghrib menjelang isya.

22 Des 2009

tentang ibunda


Terima kasih bunda, semoga Allah senantiasa merahmati.

12 Jun 2009

Membela Diri Secara Bijak


Membela diri merupakan sesuatu yang manusiawi, dalam kondisi tertekan, merasa terpojok dan disudutkan, merasa keberadaannya terancam dan merasa tidak dipandang sebelah mata, dalam kondisi tersebut seseorang akan tergugah mempertahankan diri dengan melakukan pembelaan demi menunjukkan bahwa dirinya tidak seperti yang diduga, hanya saja terkadang seseorang cenderung membela diri dengan menyerang balik, ini kurang bijak, akan lebih bijak dalam membela diri dengan menetapkan bahwa apa yang dia dicela karenanya bukanlah merupakan kekurangan, justru itulah kelebihan lebih-lebih jika hal tersebut disandarkan kepada argumentasi riil yang membuat orang menganggukkan kepala. Inilah yang dilakukan orang orang-orang berikut:

Seorang Arab Badui bernama Na’amah (artinya burung unta). Dia dicela karena namanya yang buruk. Orang-orang berkata, “Apa nama Na’amah?” Dengan bijak si Badui berkata,
“Nama hanyalah tanda, kalau nama adalah kehormatan niscaya semua orang bernama sama.”

Hal yang mirip terjadi pada suatu suku Arab yang bernama Anfu Naqah (artinya hidung unta betina), orang-orang mencibir, “Apa nama Anfu Naqah?” maka hadirlah al-Huthai’ah Jarwal bin Aus, seorang penyair berlisan pedas, Umar bin Khattab pernah memenjarakannya karena hinaannya yang pedas kepada masyarakat, wafat tahun 30 H, al-Huthai’ah hadir membela, dia berkata,

Suatu kaum, mereka adalah anfu (hidung) sementara selain mereka adalah ekor
Siapa yang berani menyamakan ekor dengan anfu (hidung)naqah?

Lihatlah bagaimana al-Mughirah bin Habna, penyair Islam dari Bani Tamim, yang gugur syahid di Khurasan tetap percaya diri dengan penyakit sopaknya, dia tidak menganggapnya sebagai aib dan dia membuktikan dengan alasan yang riil. Katanya.

Jangan mengira warna putih padaku sebagai kekurangan
Sesungguhnya kuda-kuda pacuan perutnya berwarna putih

Atau ketika seseorang direndahkan karena penampilannya yang ala kadarnya, dengan baju compang-camping, seorang penyair dengan kondisi seperti ini membela diri. Dia berkata,

Kalaupun pakaianku compang-camping karena usang
Maka aku ibarat pedang tajam dalam sarungnya yang terkoyak

Atau ketika seseorang dicela karena ketakutannya terhadap sesuatu dia pun membela diri bahwa ketakutannya beralasan, dia mendukung alasannya dengan sesuatu yang kongrit. Ini Ibnu Rumi, Abul Hasan Ali bin al-Abbas, seorang penyair ulung dari Baghdad wafat tahun 283 H, mengungkapkan alasan ketakutannya naik perahu, dia berkata,

Aku tidak naik perahu, aku takut
Diriku tenggelam karenanya

Aku adalah tanah sedangkan laut adalah air
Dan tanah di dalam air mencair

Seseorang pun bisa membela diri manakala orang-orang bodoh dan rendahan meraih kedudukan yang mungkin lebih tinggi darinya di mata manusia. Ath-Thughrai, misalnya dia adalah Abu Ismail, al-Husain bin Ali, penyair penulis, perdana menteri raja-raja Turki saljuk, terkenal dengan bait-bait syair yang disebut dengan Lamiyah al-Ajam, terbunuh tahun 514 H, ath-Thughrai ini berkata,


Jika orang di bawahku berada di atasku maka tidak heran
Karena teladanku adalah matahari yang lebih rendah daripada bintang

Hal mirip dilakukan sebelumnya oleh Muslim bin al-Walid, salah seorang penyair besar Daulah Abbasiyah, wafat tahun 208 H, dia berkata,


Jika mereka duduk di atasku tanpa keahlian
Ketinggian martabat dan kemuliaan tempat

Maka asap di atas api dan terkadang
Debu beterbangan di atas surban prajurit berkuda


kebun hikmah, sumber :http://www.alsofwah.or.id/


** Sudah seberapa bijak-kah diri kita ????

26 Mei 2009

Lanjutkan perjalanan


Jangan pernah lelah menapak jejak, kawan....